My letter

by - 16.48

Awalnya, aku tidak tau kenapa aku bisa menuliskan ini
Menuaikan segala rasaku disini
Entah bagaimana, rasanya begitu nyaman
Bahkan aku terasa lebih tenang
Walaupun sejujurnya,  didadaku masih banyak sekali luka
Dipikirku terlalu banyak tanya
Tapi, tak ada gunanya bukan?
Tak perlu ada tanya ataupun jawabnya
Biarlah tanyaku mati, perlahanlahan
Bagaimana bisa aku menggambarkan hatiku?
Rasanya, melukiskan saja aku tak bisa
Hatiku melebur, seperti anganku
Bukankah kamu tahu, senyumku adalah senyummu
Bukankah kamu paham, tawaku adalah candamu
Entahlah, apalagi yang bisa aku sebutkan
Rencana apa lagi yang akan terjadi
Bahkan semenjak kamu pergipun
Masih tetap ada tanya, selalu ada..
Sebenarnya untuk apa kamu ada? Untuk apa kamu hadir?
Apa kamu begitu saja ingin pergi setelah kepergianmu yang lalu?
Apa kamu senang sekali meninggalkan luka ?
Tertawalah, bila kamu bahagia melihatku luka
Tapi, aku tidak akan terus terlarut
Aku tau, bahkan kamu tidak akan menemukan cinta lagi
Hatimu saja tak kau kenali, tak kau pahami
Lalu kamu ingin membuatnya bersama hati lain?
Mana bisa? bahkan hatimu saja kosong
Rasamu gelap, dingin, bahkan terlalu berliku
Tapi, kamu masih saja sama
Masih menjadi pertamaku
Masih menjadi terindahku
Masih menjadi kenanganku
Masih saja selalu begitu..
Jangan salahkan aku, jangan salahkan kebodohanku
Salahkan saja hatiku, salahkan rasaku yang sudah menjadikanmu belahanku
Seperti pelengkap puzzle hidupku
Bahkan sampaisampai aku memaksakan kita yang berbeda

Aku terlalu memaksa bahwa kita bisa bahagia
Egoisku mendorongku, membiarkanku terlalu masuk dalam permainanmu
Membuatku terduduk berlamalama
Merenungi apa yang telah kita lalui
Tawamu, candamu, senyummu, caramu menatapku
Masih saja, masih saja aku bisa menggambarkannya dengan sempurna
Tak berkurang, tak berubah sedikitpun
Tak apa luka, aku masih bisa tersenyum disini
Masih bisa melihatmu bahagia, bahkan ketika hatiku hancur sekalipun
Apa aku terlalu munafik? Mungkin saja
Mungkin ini terlalu bodoh, bahkan teramat bodoh
Tapi mungkin rasaku jauh melebihi bodohku
Sampai kau lukaiku saja aku masih tersenyum
Bahkan dengan hal yang paling aku bencipun, terkadang tawaku masih tetap ada bersamamu
Banyak sekali bahagia tercipta karenamu, kau tahu?
Banyak sekali cinta yang tercipta karenamu, apa kau paham?
Tapi yang tersisa hanya ini..
Maaf, tolong, terimakasih..
Maaf untuk lakuku yang sering mengusikmu, mengganggumu 
Maafkan untuk pesanpesan rindu yang berlebihan
Maafkan untuk keinginanku berbicara yang tak pernah usai
Maafkan juga tingkahku yang selalu ingin kamu berada disampingku, memelukku
Maafkan..
Lalu bolehkan aku meminta?
Tolong, ajari aku membedakan luka dan tawa
Ajari aku membedakan mana cinta mana suka
Ajari aku melupakanmu, ajari aku mengabaikanmu, ajari aku bahwa aku harus mengerti bahwa kamu tak bisa disampingku, bahwa kamu tak bisa tinggal. Ajari aku..
Yang terakhir, bolehkah aku berterimakasih.
Bolehkah aku berterimakasih untuk lukaku, sakitku, hancurku, tangisku?
Bolehkah aku berterimakasih juga..
Untuk tawamu, candamu, senyummu, pelukmu, pedulimu, dan untuk alasanmu yang bisa membuat senyumku selalu ada disetiap harinya?
Terimakasih bahagiaku dimasa lalu..
Kamu bukan saja yang pertama, yang terlama, yang paling bahagia, atau bahkan yang terindah..
Kamu adalah hati yang membuatku mengerti,
Bahwa cinta yang tulus tak miliki alasan, tak miliki pandangan, tak miliki apapun..
Bahwa tulus tak menerima apapun, tak meminta apapun. 
Bahkan untuk balasan cintapun, tulusku tak butuh..
Tulusku adalah mencintaimu tanpa pamrih..

Tertulis,
Seseorang yang pernah mencintaimu teramat sangat.

You May Also Like

0 komentar

Pages